Dosen STIE Malangkucecwara Kenalkan IPTEK untuk UMKM
MALANG – Sepuluh dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Malangkucecwara (ABM) berhasil lolos pendanaan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) dari Kemenristek Dikti. Mereka dipercaya untuk mendampingi masyarakat khususnya pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk menghadapi berbagai persoalan dan kendala dalam mengembangkan usaha mereka.
“Bantuannya tidak boleh dalam bentuk uang, tapi harus berbentuk teknologi dan pengetahuan, IPTEK. Itu diwujudkan dalam PKM dari Kemristek Dikti,” ungkap Kepala LPPM STIE Malang Kucecwara Siti Munfaqiroh, M.Si kepada Malang Post.
Kesepuluh dosen tersebut telah mengikuti prosedur pengajuan proposal dan telah diseleksi secara nasional sejak 2018 lalu. Hingga pada awal tahun ini, mereka diumumkan telah lolos kriteria untuk mendapat pendanaan pendampingan UMKM. Nominal pendanaan yang disetujui cukup beragam, yakni berkisar pada angka Rp 40 juta untuk setiap proposal dosen pendamping UMKM.
“Alokasi penggunaan dananya mulai dari publikasi, presentasi, hingga pembuatan jurnal. Tapi yang menyerap anggaran cukup besar adalah dari aspek produksi dan pemasaran,” lanjutnya.
Lebih lanjut disampaikannya, bahwa STIE Malangkucecwara akan terus berupaya mendorong para dosen untuk mengikuti program serupa. Sebab, program semacam ini menjadi wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pada poin pengabdian. Semakin besar pengabdian kepada masyarakat, semakin besar besar pula manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat.
“Harapan ke depannya banyak dosen yang lolos pendanaan. Karena melalui program semacam ini, banyak pihak yang mendapat manfaat. Selain itu, harapannya UMKM yang didampingi juga makin sejahtera, dan makin bisa bersaing di tengah era digitalisasi seperti sekarang ini,” tandasnya.
Sementara itu, UMKM yang didampingi oleh sepuluh dosen STIE Malangkucecwara sangat beragam. Mulai dari UMKM yang memproduksi kue kering, permen buah, batik bambu mewek, tahu sutera, tahu sayur, abon ikan, hingga kerupuk kulit pisang. Tantangan umum yang dihadapi oleh sejumlah UMKM tersebut adalah minimnya sentuhan teknologi, sehingga masih jauh dari higienitas dan efisiensi.
Sejak awal, keunggulan dari program ini ialah para dosen yang terjun langsung memetakan kendala yang selama ini dialami oleh para UMKM yang dipilih. Kemudian mereka menggambarkannya dalam bentuk proposal, sehingga ketika dana sudah turun, persoalan yang dialami oleh UMKM segara ditangani. Salah satunya yang dilakukan oleh salah satu dosen pendamping Dr. Hanif Mauludin, S.E, M.Si.
“Saya sudah melakukan pendampingan pada UMKM pengolahan kerupuk kulit pisang kurang lebih selama tiga bulan. Kendala mereka utamanya pada produksi yang tidak bisa meningkat, karena proses produksi masih manual. Makanya saya usulkan dalam proposal pengadaan alat teknologi tepat guna untuk penghancur kulit pisang. Setelah digunakan, produksi mereka meningkat hampir 100 persen,” jelasnya.
Selain dari aspek produksi, kendala lainnya ialah terkait dengan proses pemasaran yang masih umun dialami oleh UMKM khususnya di daerah pedalaman seperti Kecamatan Donomulyo. Untuk itu, Hanif juga memberikan pendampingan dalam bentuk pelatihan pengemasan dan pelabelan produk, agar lebih menarik dan dapat bersaing.
Di sisi lain, STIE Malangkucecwara pada tahun yang sama juga baru mendapat pendanaan dari Internasional Erasmus + Uni Eropa, untuk mengembangkan inkubator bisnis baik bagi mahasiswa maupun bagi masyarakat secara umum. Program tersebut dikemas dengan nama ABM Hub, yang kini sudah memiliki berbagai macam fasilitas lengkap di gedung bagian depan STIE Malangkucecwara “Intinya ABM Hub itu tempat curhatnya para pelaku usaha. Jadi menjadi penghubung antara Perguruan Tinggi dan pelaku usaha untuk bersinergi menyelesaikan persoalan usaha yang dihadapi.(asa/red/oci)
sumber: Malang Post 16 September 2019
You must be logged in to post a comment.