Dibina Kampus ABM, Industri Alas Kaki Bergairah
MALANG – Sandal dan sepatu lucu dinilai sangat diminati oleh masyarakat. Oleh karena itu, industri ini terus berkembang, menciptakan lapangan pekerjaan baru, dan menaikkan pendapatan masyarakat. Namun, pelaku industri kreatif ini masih memerlukan pendampingan terutama dari kalangan akademik.
Dua dosen STIE Malangkucecwara yakni Dra. Nevi Danila,MBA.,Ph.D, dan Drs. Ali Lating,MM berusaha menawarkan solusi pada dua industri yang menjadi mitra mereka. Industri sandal lucu milik Yuniman Sugesti di kota Malang, dan industri sepatu lucu milik Indayanik di kota Sidoarjo, mendapatkan berbagai pelatihan untuk mendukung laju pertumbuhan usahanya.
Pada industri sandal lucu, mereka memiliki masalah terkadang tidak dapat memenuhi permintaan konsumen atas produk yang dihasilkan karena penggunaan alat menjahit yang masih terbatas,” ujar Ali kepada Malang Post.
Sedangkan permasalah pada industri sepatu lucu, yakni pada keterbatasan dalam penggunaan mesin juki dan mesin bordir. Melalui program Iptek Bagi Masyarakat, keduanya menggagas solusi diantaranya pemenuhan berbagai aspek kebutuhan operasional kedua mitra melalui mesin jahit, gunting spon, dan tenda untuk pelaksanaan pameran. Tak hanya itu, kedua dosen tersebut juga memberikan pelatihan dalam pencatatan laporan keuangan sederhana bagi UKM.
“Tujuannya tentu agar kedua mitra bisa melihat hasil yang diperoleh, biaya yang harus dikeluarkan, dimana data tersebut bisa digunakan untuk pengambilan keputusan. Selama ini mereka masih belum memiliki catatan keuangan tersebut,” imbuhnya.
Aspek promosi digenjot, meski sebelumnya pameran dan metode promosi dari mulut ke mulut masih menjadi pintu gerbang masuknya pesanan. Namun tentu, seiring dengan perkembangan teknologi, promosi harus menyasar dunia online untuk meningkatkan jaringan konsumen serta memperluas pasar.
“Untuk itu kami berikan pula pelatihan internet marketing dan pembuatan modul internet marketing untuk anak-anak mereka yang masih muda dan sudah terbiasa dengan teknologi,” paparnya.
Pemilihan kedua mitra tersebut bukan tanpa alasan. Keduanya dinilai memiliki potensi unuk berkembang, melalui kreativitas yang disuguhkan oleh produk mereka. Pada mitra pertama, sandal yang mulanya hanya berbentuk biasa, disulap melalui kreativitas mereka. Hasilnya, sandal berbentuk buah-buahan, kartun, hewan. Kekreatifan mereka juga ditambah dengan rasa ingin maju, yakni mengadopsi secara cepat desain-desain yang kini sedang tren.
“Untuk produk sampingan, mereka menghasilkan tas dan pigura yang diberi kreasi motif bunga, hewan, dan pelangi,” imbuhnya.
Usaha yang dimiliki Indayanik telah tumbuh melalui melalui pemesanan sandal hotel. Namun juga berkembang dengan inovasi sepatu dan selop yang menarik melalui penambahan sulam.
“Selanjutnya kami masih akan melakukan pemantauan dan pendampingan kepada kedua mitra agar usahanya berjalan lancar, dengan tetap memperhatikan faktor pemasaran sehingga pendapatan mereka bisa meningkat.” (ras/adv/oci)
Sumber: Malang Post, 9 November 2017
You must be logged in to post a comment.