Didanai DIKTI, Kampus ABM bantu Populerkan Rengginang Donomulyo
MALANG – Dua dosen STIE Malangkucecwara Malang Didik Priyo Sugiharto, SE, MM dan Drs Nanang Purwanto, MM, M.MA, Ak, siap mempopulerkan jajanan khas Donomulyo, Rengginang. Melalui Ipteks bagi Masyarakat (IbM) Ristek Dikti, sejumlah program diagendakan. Mulai dari pemberian teknologi baru hingga pelatihan manajemen bagi industri rumahan yang ada di Desa Tempursari, Kecamatan Donomulyo.
Rengginang Tempursari bercita rasa khas dan berpotensi untuk jadi oleh-oleh khas dari Donomulyo. Di desa tersebut, ada banyak industri rumahan yang tumbuh. Pasangan suami istri Sukur dan Kusminten adalah salah satunya. Hanya saja karena keterbatasan modal dan juga keterampilan, usaha yang dibangun belum mampu meningkatkan taraf hidup mereka. Beruntung, pasangan suami istri lanjut usia itu bisa bertemu dengan tim dosen STIE Malangkucecwara.
“Sebagai sumbangsih untuk usaha kecil dan menengah, kami ingin membantu masyarakat di Donomulyo. Melalui program Dikti IbM ini, harapannya pendapatan masyarakat di sana juga meningkat,” ungkap Ketua Tim Pengusul Didik Priyo Sugiharto, SE, MM kepada Malang Post.
Pada awal kunjungan tim ke industri rengginang ini, pihaknya melihat beberapa kebutuhan yang perlu diberikan untuk meningkatkan produktivitas di sana. Salah satunya adalah keberadaan alat pencetak rengginang yang masih manual. Tim pun akhirnya mendesain alat yang lebih modern dan praktis sehingga produksi bisa dibuat massal.
“Kami memesan alat di bengkel, beberapa kali harus bongkar pasang alatnya karena tidak sesuai,” bebernya. Mesin pencetak rengginang yang modern ini kemudian dikenalkan kepada UKM binaan. Selain itu, tim juga mengganti alat pemasak ketan sebagai bahan pembuatan rengginang dari yang awalnya berukuran kecil dengan yang lebih besar.
“Kami juga mengajarkan bagaimana cara pengepakan yang lebih modern dengan mesin pengepres. Selain itu, juga diajarkan bagaimana membuat variasi rasa rengginang,” urainya. Menurutnya, pelatihan manajemen juga diajarkan kepada industri binaan. Seperti pembukuan keuangan sederhana, pengetahuan pemasaran dan variasi produk. “Kalau kapasitas produksi sudah meningkat, harapannya omzet juga naik. Yang paling penting lagi bisa membuka lapangan kerja,” imbuhnya. (oci/adv)
Sumber: Malang Post, 31 Oktober 2017
You must be logged in to post a comment.