STIE Malangkucecwara Antarkan UKM di Malang Tembus Luar Negeri
MALANG – Dosen STIE Malangkucecwara Malang (ABM) memberikan perhatian besar pada pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Malang. Dalam program pengabdiannya, Dra Istutik Ak., MM, CA memberikan pelatihan dan pendampingan manajemen kepada dua UKM yakni Pengrajin sepatu kulit ‘Waris’ di kelurahan Polehan dan pengrajin tas kulit ‘Ennys Leather’ di kelurahan Mojolangu kota Malang. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini dilaksanakan dengan dana dari Hibah Kemenristekdikti 2017.
“Pengrajin juga memerlukan pengetahuan dan ketrampilan untuk menghitung harga pokok produk sehingga mereka mampu untuk dapat memastikan besarnya laba kotor dari produknya,” ungkap Istutik kepada Malang Post.
Menurutnya, pelatihan praktis penyusunan laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah (SAK-EMKM) diperlukan oleh pengrajin yang sekaligus sebagai pemilik usaha mikro tersebut untuk beberapa kepentingan. Misalnya, mengukur keberhasilan usaha, melengkapi dokumen profil usaha yang sering diminta jika ada penawaran-penawaran bantuan dari pemerintah maupun masyarakat.
Dijelaskan Istutik, para pengrajin UKM ini telah memulai usahanya tidak kurang dari 8 tahun. Pengrajin sepatu kulit ‘Waris’ dimiliki Joko Pribadi, yang berlokasi di jl. Nakula. Usaha ini dirintis setelah yang bersangkutan memiliki pengalaman bekerja di perusahaan pembuatan sepatu. Usaha produksi sepatu kulit dijalani bersama istrinya, awalnya hanya memiliki 2 tukang pembuatan sepatu, sekarang sudah sebanyak 10 tukang.
Usaha sepatu kulit ‘Waris’ memproduksi sepatu kulit dengan menggunakan merk ‘Waris’ dan beberapa merk lainnya yg diminta oleh Reseller. Produksi yang untuk melayani pesanan Reseller dapat mencapai nilai omzet penjualan lebih dari Rp 50 juta sebulan, dan dapat lebih banyak dari jumlah tersebut, namun tidak dapat dipenuhi karena kapasitas produksi terbatas.
Hal yang sama juga dialami oleh pengrajin tas kulit ‘Ennys Leather’. Enis pemilik sekaligus pengrajin dari ‘Ennys Leather’ memproduksi tas dari kulit ular dan biawak yang dijual melalui pameran-pameran di kota-kota besar di Indonesia, bahkan di luar negeri, antara lain China, Hongkong, dan Philipina. Harga jual tas mulai dari Rp 200 ribu, dan bahkan bisa sampai lebih dari Rp 1 juta.
Kapasitas produksi juga terbatas, belum memiliki mesin jahit sendiri, Produksi dimulai dengan membuat pola, menggunting bahan yang dilakukan sendiri oleh Enis, kemudian pekerjaan menjahit dilakukan oleh tukang yang dikerjakan di rumah mereka masing-masing.
Potensi pengembangan usaha produksi sepatu dan tas kulit handmade sangat besar. Produk sepatu kulit buatan Joko sudah berhasil dipasarkan ke luar negeri oleh Reseller-nya. Sementara tas kulit produksi Enis dalam bulan Juli 2017 dipamerkan di kota Davao Philipina, bahkan Walikota Davao Mayor Sarah sekaligus putri Presiden Philipina memborong tujuh tas dan dompet produksi Ennys Leather. (*/adv/oci)
Sumber: Malang Post
You must be logged in to post a comment.