Investasi Sukuk Ritel Makin Bergairah
MALANG KOTA – Banyak manfaat yang membuat masyarakat mulai menggandrungi investasi jangka panjang itu. Seperti investasi sukuk negara ritelyang ramai diminati. Sebab, lewat sukuk ritel, investor terhindar dari riba. Selain itu, pajak yang dibebankan pada sukuk terbilang lebih kecil ketimbang pajak bank.
Itulah yang disampaikan Director of Postgraduate Program Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Malangkucecwara Dra Nevi Danila MBA PhD kepada Jawa Pos Radar Malang, kemarin (28/4). Menurut Nevi, karena beberapa keuntungan investasi sukuk itulah, masyarakat banyak yang mulai berinvestasi pada sukuk ritel. ”Ada hal lain yang mempengaruhi masyarakat berinvestasi pada sukuk adalah mudarobah (kerja sama) dan foreign exchange rate (kurs mata uang asing),” ujar mantan ketua STIE Malangkucecwara ini.
Nevi mengatakan, selama ini sukuk sering diidentikkan dengan obligasi atau surat utang berbasis syariah. Namun demikian, ada beberapa prinsip yang mendasar antara kedua instrumen tersebut. Nevi menjelaskan, sukuk merupakan surat berharga jangka panjang berbasis syariah yang mewajibkan pihak penerbit sukuk membayar pendapatan pada pemegang sukuk atau investor. Pendapatannya berupa bagi hasil atau marjin dan membayar kembali dana sukuk pada saat jatuh tempo. ”Ada dua keuntungan yang diperoleh investor, yaitu bagi hasil serta keamanan nilai modal investasi,” ujarnya.
Namun, Nevi mengungkapkan, alasan utama masyarakat memilih investasi pada sukuk ritel adalah pada unsur religiusnya. Karena dengan sukuk ritel, investor terhindar dari sifat riba. Pajak yang dibebankan pada sukuk juga terbilang lebih kecil dibanding pajak bank. ”Sukuk 15 persen, sedangkan bank 20 persen,” ujarnya.
Keuntungan dari berinvestasi pada sukuk juga pada kupon atau imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan deposito pada umumnya. Selain itu, investor dapat terlibat langsung dalam pembangunan negeri dan sukuk dapat diperjualbelikan di pasar sekunder. ”Investor berkesempatan memperoleh capital gain apabila harga bergerak di atas 100 persen,” jelasnya.
Sukuk merupakan salah satu alternatif instrumen investor berinvestasi. Salah satunya memberi ruang untuk investor muslim. Untuk saat ini, sukuk ritel masih didominasi oleh investor dari kalangan ibu rumah tangga. ”Sukuk ritel memberikan kesempatan untuk rumah tangga agar bisa berinvestasi,” ucap dia. Karena sukuk lebih memberikan banyak keuntungan dibanding deposito.
Nevi menyampaikan, meskipun sukuk berbasis syariah, tidak sedikit investor nonmuslim yang berinvestasi pada instrumen tersebut. ”Kalau untuk data pastinya masih belum ada. Tapi antara investor muslim dan nonmuslim seimbang,” terang Nevi.
Menurut dia, hingga saat ini, pemerintah telah menerbitkan tujuh sukuk negara ritel. Sukuk-sukuk tersebut memiliki tenor tiga tahun dengan aset dasar serta tingkat kupon yang berbeda-beda. Dengan adanya sukuk ritel tersebut, pemerintah memberikan kesempatan bagi investor ritel untuk berpartisipasi dalam pembangunan negara. ”Sukuk ritel lebih menggiurkan dan menggairahkan,” tandasnya. (fis/c1/lia)
sumber: Radar Malang, 29 April 2016
You must be logged in to post a comment.