Dra Nevi Danila MBA PhD, Mudahkan Komunikasi via WhatsApp
Bebaskan Konsultasi di Luar Kelas
Menjadi dosen bagi Dra Nevi Danila MBA PhD bukan berarti sekadar menjadi pengajar biasa saja. Tetapi lebih dari itu. Menjadi pengajar para mahasiswa harus lah berbeda dengan mengajar anak sekolah. Menurut Nevi, banyak faktor yang menentukan keberhasilan mengajar di dalam kelas. Tak hanya sekadar mengajar dengan cara menerangkan saja. Tetapi juga bagaimana membuat suasana agar nyaman di kelas.
”Sebisa mungkin menghindari agar suasana menjadi tegang di kelas. Karenanya harus diciptakan yang rileks. Agar mahasiswa ini senang berada di kelas,” ujarnya.
Untuk mengajar, Nevi tak jarang memilih dengan cara yang bersahabat. Agar komunikasi antara pengajar dan yang diajar bisa padu. ”Sebisa mungkin menghindari kesan jaga image atau jaim,” papar ibu tiga orang anak ini.
Nah, karena tidak jaga image, Nevi ini selalu menghadirkan guyon-guyon di dalam kelas. Tapi tetap yang dipilih adalah guyonan yang berkualitas. Sangat jauh dari kesan kasar.
”Ya seperti stand-up comedy lah. Bukan seperti guyonan yang banyak di televisi. Karena pada dasarnya orang suka dengan yang lucu,” kata dosen Financial Planning Malang Kucecwara ini.
Nah, ketika suasana sudah cair, proses mengajar juga lebih enak dimulai. Namun, baginya, dosen ada di kelas bukan untuk mendikte atau terlalu menggurui. Karena di sini dosen berperan sebagai fasilitator.
”Sekarang itu ilmu pengetahuan bisa didapat di mana saja. Apalagi informasi dan tekhnologi sudah bisa diakses sedemikian rupa. Sehingga, seseorang sebenarnya bisa pintar sekalipun tanpa sekolah,” lanjutnya.
Dalam hal ini, bagi dia, yang penting adalah penekanan akan motivasi. Dilihat sejauh mana tanggung jawab dari seorang mahasiswa tersebut dalam belajar. ”Itu semua juga tergantung dari akhlaknya,” tutur Nevi.
Karena itu, selain mengajar mata kuliah Financial Planning, Nevi juga terkadang menjadi pendakwah di kelas. Namun, yang ditekankan adalah masalah akhlak. Karena akhlak ini universal dan hampir sama diajarkan oleh semua agama.
Di samping itu, dia juga memiliki aturan yang tegas di kelas. Jika ada mahasiswa yang ketahuan mencontoh, maka tidak akan diberi nilai. ”Bagi saya, nilai dari kejujuran adalah yang utama,” tegasnya.
Selain hal tersebut, semua mahasiswa yang dia ajar dianggap sebagai anak sendiri. Sehingga, bisa ikhlas ketika hendak memberi sesuatu. ”Saya melakukan itu karena Allah,” katanya.
Karena itu, dia juga mengaku bukan karakter dosen yang susah dihubungi. Mahasiswa dia bebaskan bertemu di luar kelas. ”Menghubungi saya bisa lewat SMS, WhatsApp, atau telepon bebas-bebas saja,” imbuh direktur Pascasarjana STIE Malangkucecwara ini. (zuk/c1/lia)
You must be logged in to post a comment.