Songsong AEC 2015, Tingkatkan Kualitas SDM
MALANG – Menyongsong ASEAN Economic Community (AEC) tahun 2015 mendatang, jumlah entrepreneur di Indonesia dianggap masih sangat minim. Dari total sekitar 200 juta penduduk tanah air, tak sampai 2 persen diantaranya yang berwirausaha.
Keterbatasan inilah yang harus disiasati jika Indonesia ingin menjadi raja di negeri sendiri. Yang perlu dilakukan saat ini adalah mengamankan pasar dalam negeri lebih dulu. Langkah antisipatif itu dipaparkan oleh pakar perbankan dan keuangan internasional, Ir Andreas Eddy Susetyo MM dalam seminar nasional bertajuk ‘Strategi Profesional di Bidang Keuangan Menghadapi AEC 2015’ di STIE Malangkucecwara, kemarin.
Menurut mantan Direktur Bank Niaga dan Bank Mandiri Tbk itu, pasar domestik Indonesia begitu besar dan potensial. “Amankan pasar dalam negeri dulu. Setelah kuat di dalam, baru melangkah keluar. Butuh strategi cermat agar ekonomi kita dapat dikelola dengan baik dan mengutamakan kesejahteraan masyarakat,” papar pria asli Ngalam yang pernah menjabat Board of Advisor’s IBM di New York tersebut.
Sumber: Malang Post, 10 Januari 2014
Andreas menilai kualitas sumber daya manusia (SDM) punya peran penting dalam menggiring kemajuan negara ini. Termasuk dalam pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). “Kunci berkembangnya UMKM ada pada SDM nya. Bagaimana mereka berinovasi, itu sangat menentukan,” seru pakar lulusan Harvard Business School itu.
Selain menyoroti minimnya jumlah entrepreneur di Indonesia, alumni ITS Surabaya yang merintis karier sebagai account manager perusahaan multinasional Philips, pada tahun 1984 itu juga tak pelit membagikan strategi-strategi lain untuk menyongsong AEC tahun depan. Ada tiga poin yang dijabarkannya.
Pertama, untuk bisa bersaing di AEC, para profesional bidang keuangan dituntut meningkatkan keahlian mereka melalui sertifikasi profesi yg berjenjang. Mereka hrs menentukan jalur pilihan yang akan ditempuh, jalur manajerial atau spesialis. Karena diprediksi, nanti banyak kebutuhan spesialis. Kemudian kedua, alumni SMPN 3 Malang ini meminta semua pihak untuk segera menata ulang konsep link and match. Menurutnya, kebutuhan tenaga ahli ke depan harus disiapkan mulai sekarang. Jangan sampai terjadi kekurangan tenaga profesional di bidang-bidang tertentu. “Misalkan saja kebutuhan tenaga ahli. Saat ini, Indonesia baru punya sekitar 7000 akuntan. Bandingkan dengan Singapura yang memiliki 40 ribu akuntan,” urai pria yang pernah mengenyam pendidikan di Bank Administration Institute, Miami dan bertugas di 87 negara ini.
Serta tak kalah penting, adalah mengatur grand strategy agar kaum profesional bisa berjaya di negaranya sendiri. Bahkan bisa jadi memenuhi kebutuhan di negara Asean lainnya. Menurut pria asli Jalan Pattimura Gang 4 Klojen Kota Malang ini, kuncinya tinggal bagaimana masyarakat kita cermat menangkap peluang.
Gagasan-gagasan caleg DPR RI Dapil V Malang Raya dari PDI Perjuangan ini menuai apresiasi positif dari para peserta seminar yang juga menghadirkan konsultan manajemen, Dr Dwi Lusi Tyasing Swastika. Dra MM sebagai pematerinya. “Berbekal pengalamannya, tentu ini bukan strategi main-main dari Pak Andreas. Kalau semua ini dijalankan, pasti bangsa kita bakal sangat siap menyongsong AEC tahun depan,” ujar Rudy, salah seorang peserta seminar diikuti kalangan praktisi profesional, akademisi dan pelaku usaha tersebut
img: http://en.aectourismthai.com
You must be logged in to post a comment.