Mahasiswa Jepang Sulit Lafalkan ‘L’ dan ‘R’
Program pembelajaran bahasa dan budaya Indonesia bagi penutur asing melalui Indonesian Studies Program (ISP) STIE Malang Kucecwara kemarin berakhir. Sebanyak 13 mahasiswa dari Jepang yang mengikuti program tersebut kemarin menunjukkan kepiawaiannya dalam seni tari.
Berbagai kesan muncul dari para mahasiswa yang kebanyakan wanita itu. Tomomi Nakagawa misalnya. Dia senang sekali makan mi goreng dok-dok. Menurut dia, mi dok-dok rasanya enak sekali dan harganya murah. “Saya suka makanan Indonesia,” ujarnya dalam Bahasa Indonesia yang cukup lancar.
Selain itu dia terkesan dengan keramahan ibu kos tempat dia tinggal. Dia mendapatkan banyak pengalaman tentang budaya dan Bahasa Indonesia selama tinggal di Malang sejak 14 Februari lalu. Menurut dia, belajar bahasa Indonesia gampang-gampang susah. “Saya tidak bisa bisa melafalkan huruf L dan R. Karena, di Jepang pelafalan itu tidak ada,” ujar mahasiswi yang menggunakan nama Indonesia Yustina ini.
Jika Tomomi suka mie goreng, tidak demikian dengan Kaiho Mei. Dia mengaku suka ceker ayam. Menurut dia, kali pertama melihat makanan ceker ayam merasa aneh. Tetapi setelah dicicipi dia jadi ketagihan. “Rasanya enak sekali,” ujarnya. Selain suka dengan makanan Indonesia, mereka juga senang diajari tari-tarian. Kemarin 13 mahasiswi itu menampilkan kebolehannya dalam menari di hadapan sejumlah undangan.
Direktur ISP STIE Malangkucecwara Drs Suyoto mengatakan, 13 mahasiswa tersebut berasal dari Kanda University of International Studies (KUIS) Jepang. Di sana mereka juga belajar bahasa Indonesia, kemudian diperdalam dengan belajar di STIE Malangkucecwara.
Untuk memaksimalkan pembelajaran, tempat kos mereka dipisah antara satu dengan yang lain. Supaya sehari-hari lebih banyak berbicara dengan bahasa Indonesia. “Selain belajar Bahasa Indonesia, mereka juga belajar budaya. Untuk itu, mereka juga kami ajak berkunjung ke sejumlah padepokan seni,” ujar Suyoto.
Menurut dia, program semacam itu diadakan dua kali dalam satu tahun. Yaitu, pada Februari-Maret dan pada Agustus. Untuk Februari-Maret dinamakan program bunga, karena pada bulan itudi Jepang sedang musim bunga. Sedangkan pada Agustus diberi nama program matahari, karena saat itu di Jepang sedang musim panas
sumber: malangraya.web.id, 11 Maret 2009