Hikmah dari Masa Sulit, Inovasi Menjadi Harga Mati
Keberadaan dan keasrian kampus STIE Malangkucecwara (d/h ABM) pernah menjadi salah satu variabel penting dalam kelayakan Kota Malang meraih Piala Adipura untuk kali pertama. Dilihat dari gaya artistik dan bentuk bangunan kampus ini, juga banyak mengadopsi dari bentuk bangunan pemerintahan Kota Malang. Tidak ketinggalan kampus ABM setidaknya menjadi pioner bagi pendidikan berbasis lingkungan hidup.
Sebab itu maka bukan hal yang besar bila STIE MCE begitu banyak diminati pada era 1990 an. Justru menjadi cukup menyesakkan bila melihat kondisinya saat ini yang sepi, bukan saja dari mahasiswa, juga even atau aktivitas akbarnya. Kondisi ini oleh Ketua Program Studi Manajemen (S2) STIE MCE Drs Sonhaji MS, memberikan hikmah besar bagi pengelolaan ke depan.
Salah satunya adalah menggali inovasi dalam membekali mahasiswa agar lulus dengan hard skill, soft skill, dan spiritual skill yang memadai. Mahasiswa tidak saja dibekali keilmuan secara akademis namun juga dibekali kreatifitas, kualifikasi inter dan intra personal, serta diseimbangkan dengan kualitas keimanan yang bagus sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
“Pada beberapa tahun terakhir kami mengambangkan konsep mega creativity sebagai metode pembelajaran. Metode ini menempatkan mahasiswa sebagai subyek sekaligus obyek pembelajara untuk menggali sebanyak-banyaknya kemampuan dan kreatifitas mereka,” jelas Sonhaji.
Selain inovasi pembelajaran, Sonhaji juga menegaskan pentingnya peningkatan kualitas, baik sarana prasarana maupun sumber daya manusia. Upaya ini setidaknya sudah dibuktikan dengan raihan beberapa kali hibah kompetisi serta kepercayaan dari berbagai pihak. Misalnya minat dari pemerintah negara Timor Timur yang mengirim mahasiswanya untuk menempuh studi di STIE MCE.
“Ada 15 pegawai negeri dari Timor Timur yang akan studi di sini. Saat ini sedang dirancang silabusnya,” jelas Sonhaji.
sumber: www.koranpendidikan.com