Sukses Bina UKM, Kampus ABM Raih Hibah Erasmus Plus
MALANG – Dana hibah Erasmus+ yang diperoleh STIE Malangkucecwara Malang (ABM) dari European Union menjadi sebuah catatan prestasi yang membanggakan. Sebab untuk memperoleh dana tersebut tidaklah mudah. Butuh catatan prestasi dan keunggulan dari sebuah Perguruan Tinggi untuk masuk menjadi salah satu yang dipercaya dalam mengelola dana hibah tersebut.
Head of International Relationship Center STIE Malangkucecwara Malang, Ir. Dwinita Aryani., MM., Ph.D. mengatakan, Kampus ABM mendapatkan Erasmus + karena networking yang kuat dengan beberapa pihak di luar negeri. Selain itu program UKM binaan yang terus berkembang menjadi salah satu pertimbangan STIE Malangkucecwara untuk lolos seleksi di European Union. “Yang jelas banyak kampus yang mendaftarkan diri, dan alhamdulillah kita menjadi salah satu yang dipercaya dari tujuh kampus yang ada di Indonesia,” terangnya.
Dana hibah Erasmus+ bagi Ketua STIE Malangkucecwara Malang, Drs. Bunyamin, MM., Ph.D. merupakan hal yang sangat berkesan. Sebab biasanya dana hibah diperoleh dari pemerintah melalui DIKTI. “Bagi kami ini satu grant yang cukup prestisius, karena biasanya kita mendapatkan domestic grant dari pemerintah, tapi yang ini adalah internasional grant,” ucapnya.
Pria yang akrab disapa Beni ini menambahkan, pihaknya telah melaksanakan segala tugas dan kewajiban sebagai support dari program tersebut.
“Karena ini termasuk salah satu tugas dosen dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat,” paparnya.
Ia berharap, keterlibatan dosen dan mahasiswa terus meningkat terutama dengan adanya sarana ABM HUB yang menjadi pusat pengembangan entrepreneur. Menurutnya, program entrepreneur yang diterapkan kampus ABM bekerjasama dengan 11 perguruan tinggi nasional dan internasional akan mampu menjawab tantangan di era revolusi industri 4.0.
“Karena selama ini belum sesuai jumlah calon tenaga kerja dengan ketersediaan pekerjaan. Maka entrepreneur menjadi jawaban dengan cara melahirkan para pengusaha muda yang kreatif,” jelasnya.
Oleh karena itu, bekal yang dibutuhkan oleh mahasiswa selama belajar di kampus tidak hanya akademik, tetapi hard skill dan soft skill menjadi bekal penting mereka. Materi tersebut terintegrasi dalam kurikulum di setiap prodi. “Kita perkuat mahasiswa dengan digital literasi, entrepreneur literasi dan spiritual literasi, agar mahasiswa bisa lebih akrab dengan era revolusi industri,” paparnya.
Beni berharap seluruh HUB di 11 Perguruan Tinggi baik yang ada di Indonesia maupun Eropa bisa bekerjasama sehingga juga bisa membantu pemerintah memberikan ide dan solusi dalam permasalahan di dunia kerja. (imm/oci)
You must be logged in to post a comment.